Latest News

Obat Palsu, Hati Hati Terhadap Obat Palsu Dan Tips Cara Mengenali Obat Palsu

Obat Net Obat Palsu, Hati hati Terhadap Obat Palsu dan Tips cara Mengenali Obat Palsu
Pegobatan Lewat Internet

Bila Anda merasa beruntung membeli obat dengan harga miring, harap hati-hati. Salah-salah, sehabis meminumnya, bukannya sembuh dari penyakit, justru anda diantar menuju kematian. Jangan-jangan obat berharga murah itu palsu. Bukannya mengandung zat penyembuh, melainkan berisi bahan-bahan mematikan.

Pemalsuan obat di Indonesia masih menjadi kasus yang sangat mengkhawatirkan hingga dikala ini. Obat-obat palsu yang beredar di Indonesia didapat dari impor ilegal atau diproduksi secara lokal oleh produsen ilegal. Badan Pengawasan Obat dan Makanan (BPOM) awal bulan April kemudian merilis bahwa 0,4% dari obat yang beredar yaitu palsu. Nilainya mencapai 192 miliar dari total pasar farmasi yang sebesar 48 Triliun. BPOM memberikan bahwa obat palsu yang diproduksi amat seakan-akan dengan aslinya dan dengan kemasan yang lebih bagus. 

Obat palsu sanggup menjadikan risiko serius bagi kesehatan masyarakat dan sanggup mengakibatkan kegagalan dalam pengobatan, bahkan hingga kematian. Adanya kasus pemalsuan obat di Indonesia, menuntut perlunya janji dan tugas aktif dari banyak sekali pihak, termasuk perusahaan farmasi, dokter dan apoteker untuk tolong-menolong memerangi peredaran obat palsu, serta pengetahuan masyarakat dalam mengenali produk palsu.

Hasil penelitian Victory Project yang dilakukan Universitas Indonesia – Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo (FKUI-RSCM) menemukan bahwa 45% produk PDE5 Inhibitor (Sildenafil) yang dijual di Indonesia yaitu obat palsu. 

Menurut MIAP (Masyarakat Indonesia Anti Pemalsuan), banyaknya obat palsu yang mengandung bahan-bahan yang sanggup membahayakan kesehatan sebab tidak dibentuk sesuai dengan standard merupakan salah satu pemicu dilema obat palsu. Hal ini sebagaimana penelitian terkini, Victory Project yang dilakukan oleh Prof. DR. Dr. Akmal Taher, SpU-K dari Departemen Urology, Fakultas Kedokteran FKUI-RSCM. 

Victory Project, bertujuan untuk mengetahui dan mengukur sejauh mana kasus produk obat palsu khususnya produk PDE5 Inhibitor (Sildenafil) atau juga dikenal sebagai obat terapi disfungsi ereksi, melalui penyelenggaraan riset di 4 wilayah di Indonesia. Riset ini dilakukan dengan memakai metode mystery shopping yang dilakukan pada banyak sekali macam outlet penjualan termasuk Toko Obat, Apotek, Penjual obat di jalan dan juga pembelian melalui online. 

”Masalah obat-obatan palsu yaitu kasus yang amat berbahaya dan berkembang terus termasuk di Indonesia, dan kini ini semua jenis obat sanggup menjadi sasaran pemalsuan, baik obat bermerek ataupun obat yang generik”, kata Ketua MIAP, Widyaretna Buenastuti. 

Obat-obatan palsu tidak hanya berakibat dan menjadikan risiko terhadap kesehatan masyarakat, tetapi secara ekonomi juga merugikan bagi masyarakat dan juga berdampak terhadap ekonomi nasional. 

Widyaretna menambahkan, sudah saatnya semua pihak bergotong royong untuk melindungi masyarakat Indonesia dari bahayanya peredaran obat palsu. Harapan dari pemberantasan obat palsu yaitu masyarakat yang lebih sehat, produktifitas meningkat, ekonomi nasional membaik dan kemajuan bagi bangsa dan Negara Indonesia”.

Dari obat-obatan yang sering dipalsukan di Indonesia, obat-obatan yang terkait dengan terapi disfungsi ereksi atau dikenal dengan sebutan PDE5 Inhibitor (phosphodiesterase type 5 inhibitor) menjadi salah satu dari obat yang juga kerap dipalsukan. 

Riset Victory Project dilakukan di 4 wilayah di Indonesia mencakup Jabodetabek, Bandung, Jawa Timur (Surabaya & Malang) serta Medan dengan sampel obat yang dibeli yaitu Sildenafil yang dibeli lewat banyak sekali outlet penjualan baik Apotek (Umum, jaringan, RS), Toko obat, Penjual pinggir jalan (Jakarta & Surabaya) serta lewat pembelian online di 3 situs yang menawarkan. 

Hasil riset tersebut yang mengambil sebanyak 518 jumlah tablet dari 157 outlet memperlihatkan bahwa tingkat pemalsuan obat jenis ini mencapai 45%. Yang perlu menjadi perhatian dari hasil riset ini yaitu penetrasi penyebaran obat palsu PDE5 Inhibitor ternyata juga sanggup menembus masuk ke apotek. 

Dari 518 jumlah tablet yang diuji memperlihatkan obat palsu jenis PDE5i yang dijual oleh penjual pinggir jalan 100% palsu, sedangkan dari toko obat sebanyak 56% palsu, lewat situs internet 33% palsu dan di Apotik dengan prosentase terendah yaitu 13% palsu. 

Dalam hasil uji ditemukan bahwa di dalam obat PDE5i yang palsu ditemukan kandungan materi aktif yang kurang atau ada yang berlipat atau melebihi kadar yang seharusnya. Sedangkan menurut wilayah penelitian, di wilayah Jabodetabek dan Jawa Timur ditemukan jumlah obat palsu jenis ini mencapai 50%, sementara di Bandung dan Medan prosentasenya mencapai 18% dan 20%.

“Hasil riset Project Victory ini menggambarkan bahwa kewaspadaan terhadap peredaran obat palsu perlu semakin diperhatikan oleh semua kalangan. Para Dokter, yang berafiliasi pribadi dengan pasien pengguna obat perlu untuk kembali mengingatkan pasien semoga selalu mengupayakan untuk membeli obat-obatan hanya di tempat-tempat resmi; Para konsumen pembeli obat juga harus cermat dalam membeli obat, kalau ada keraguan terhadap keaslian obat, jangan ragu untuk bertanya kepada dokter, apoteker atau pribadi ke produsen pembuat obat dan juga sanggup memberikan ke pihak berwenang”, ujar Widyaretna. 

Widyaretna menegaskan, ”Perang terhadap obat palsu merupakan tanggung jawab bersama dari banyak sekali pihak, mulai dari pihak otoritas atau pemerintah, perusahaan obat, para professional kesehatan, termasuk juga LSM-LSM serta tentunya penting untuk mengedukasi publik terhadap resiko dan dampak obat palsu serta bagaimana mengenali mana obat orisinil dan mana yang palsu”.

Hasil penelitian memperlihatkan adanya kandungan berbahaya pada obat palsu. DR. Melva Louisa, S.Si, M.Biomed dari Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia (FKUI) menyatakan, “Dari sisi kesehatan sudah tentu obat palsu yang didalamnya mungkin mengandung zat berbahaya atau tidak dibentuk dengan dosis sebenarnya, berkisar dari sangat kecil hingga sangat berlebihan, niscaya berakibat pada pengobatan pasien, sanggup tidak kunjung sembuh, resisten terhadap pengobatan, sehingga kondisi makin memburuk dan bahkan dalam kondisi ekstrem dan hal ini sanggup menjadikan kematian”. 

Lebih lanjut menanggapi hasil survey Victory Project, DR. Melva menyatakan,”Hasil survey ini juga merupakan salah satu bentuk peringatan kepada banyak sekali pihak akan kasus obat palsu, semoga kita semua alert dan mengambil langkah dalam memerangi obat palsu”. 

Drs. Nurul Falah EP, Apt. Sekretaris Jenderal Ikatan Apoteker Indonesia menyatakan, IAI tentunya juga amat mendukung perang terhadap obat palsu ini, dan para apoteker sendiri sanggup berperan menjadi salah satu key success factor dalam upaya melawan obat palsu. Nurul Falah menambahkan bahwa tugas aktif para apoteker dalam perang melawan obat palsu ini yaitu memastikan bahwa obat yang disediakan di apotik dibeli dari agen resmi, dan jangan ragu untuk melaporkan kecurigaan terhadap obat yang diterimanya. ins

”Obat palsu jenis PDE5i yang dijual oleh penjual pinggir jalan 100% palsu, di toko obat 56% palsu, situs internet 33% palsu dan di Apotik dengan prosentase terendah yaitu 13% palsu.” ins


Cara Mengenali Obat Palsu
  • Obat palsu kadang sulit dideteksi sebab memang susah dibedakan dari versi aslinya, apalagi hanya dengan kasat mata. Sebagai antisipasi semoga tidak tertipu, Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM) memberikan tips mengenali obat palsu.
  • Meski tidak selalu berhasil, obat palsu sanggup dikenali dari beberapa ciri fisik yang berbeda dari obat aslinya. Direktur Pengawasan Distribusi Produk Terapetik dan Perbekalan Kesehatan Rumah Tangga, Drs Roland Hutapea, MSc, Apt mengatakan, ciri-ciri yang dimaksud antara lain sebagai berikut.

1. Tablet Praktis Hancur
  • Untuk mendapat untung yang lebih besar, para pembuat obat palsu biasanya akan mengorbankan kualitas. Tablet yang ringkih dan gampang hancur merupakan ciri-ciri obat yang kualitasnya di bawah standar, yang artinya obat tersebut kemungkinan besar palsu.

2. Kemasan Berbeda
  • Perbedaan sekecil apapun yang terdapat pada kemasan obat patut dicurigai sebagai ciri-ciri obat palsu. Selain warna yang terlalu gelap atau terlalu terang, adakala bentuk goresan pena serta ukurannya sanggup berbeda dari yang asli.

3. Penandaan Mencurigakan
  • Kejanggalan lain yang sering ditemukan pada kemasan obat palsu yaitu penandaan yang mencurigakan, contohnya nomor registrasinya salah atau tidak ada tanggal kedaluarsanya. Kadang-kadang, tanggal kedaluarsa atau expiry date (ED) pada obat palsu tidak tercetak melainkan hanya ditempel.
  • Namun ditegaskan oleh Roland, ciri-ciri yang disebutkannya tidak bersifat mutlak. Para pemalsu obat selalu berusaha semoga obatnya tampil semirip mungkin dengan aslinya, bahkan stiker hologram yang dulu sulit ditiru kini sudah sanggup dipalsukan dengan sangat mirip.

Nah, semoga terhindar dari obat palsu berikut beberapa cara yang harus diperhatikan :
  • Belilah obat di daerah penjualan resmi. Obat keras hanya sanggup didapatkan di apotek dengan memakai resep dokter, sedangkan obat bebas dan obat bebas terbatas sanggup dibeli di apotek dan toko obat berizin. 
  • Periksa label yang tercantum pada kemasan obat, yang mencakup nomor izin edar obat yang terdiri dari 15 digit, nama obat, nama dan alamat produsen, serta tanggal kadaluarsa produk. 
  • Periksa kemasan obat dengan teliti. Obat harus tersegel dengan baik, warna dan goresan pena pada kemasan masih baik, tidak luntur ataupun cacat lainnya. 
  • Sampaikan kepada dokter apabila tidak memberikan pengaruh terapi yang diperlukan atau tidak ada kemajuan sehabis mengonsumsi obat.
Maka beralihlah mengkonsumsi obat herbal (Tanaman Obat Tradisional)

Sumber : http://www.surabayapost.co.id

Semoga bermanfaat
PENTING..!!!
Hanyalah Alloh SWT yang menyembuhkan kita hanya berusaha, sebelum minum obat bacalah Bismillah.

0 Response to "Obat Palsu, Hati Hati Terhadap Obat Palsu Dan Tips Cara Mengenali Obat Palsu"