SAYA sering bertanya-tanya perihal pihak tertentu yg mengaku pembela ulama, yg menyatakan diri siap mati demi membela ulama, tapi di sisi lain tega mencaci maki Prof. Dr. Quraish Shihab. Baru-baru ini ada yg menyeru untuk memboikot khotbah Ied ia di mesjid Istiqlal.
Pict : dari fb |
Saya beruntung mengenal keluarga besar beliau, ayah ibu dan saudara-saudara ia semenjak di Makassar. Ayah, ibu, kakek dan nenek saya akrab dengan keluarga beliau, ayah dan ibu beliau. Di Jakarta saya mengikuti pengajian ia semenjak 30 an tahun y.l. Sampai kini pun saya berusaha menyempatkan diri utk hadir di majlis beliau.
Beliau ialah seorang tokoh langka di negeri ini. Keliru satu lulusan Al Azhar terbaik di bidang tafsir, mantan rektor IAIN, Ketua MUI, Menteri Agama, Dubes Indonesia utk Mesir. Penulis buku yg sangat produktif. Beliau sangat rendah hati dan ramah dalam pergaulan. Tidak pernah membedakan diri dalam pergaulan. Seorang guru yg sangat adil dalam memberikan pendapat dari banyak sekali mazhab. Terbuka dalam menyikapi bermacam-macam pemahaman dan mazhab. Menerima kebenaran dari mana pun.
Sangat langka, atau bahkan mungkin tidak ada, ulama yg sealim, setekun, seproduktif, dan serendah-hati ia dan pernah memegang banyak sekali jabatan keilmuan dan birokrasi di Indonesia.
Seluruh hidup ia diabdikan untuk mengkaji Alquran dan menuliskannya dalam berpuluh judul buku dan berjilid tafsir.
Buku-buku ia yg Best Seller antara lain: Membumikan Al-Quran, Wawasan Al-Quran, Mungkinkah Sunni Syiah bergandengan tangan? dan Lentera Hati.
Buku tafsir yg ia tulis ialah Tafsir Al-Misbah. Ini ialah karya utama beliau. Karya ini terdiri dari 14 jilid yg menampung pembahasan utuh 30 juz Al-Quran Al-Karim. Karya ini layak jadi pujian Muslim Indonesia.
Karya-Karya M. Quraish Shihab
Pertama: Karya-karya Tafsir
1. Tafsir Mawdhû’î (tematik)
Tafsir al-Qur’an yg disusun berdasarkan tema-tema tertentu. Berikut karya-karya M. Quraish Shihab yg merupakan tafsir tematik atau menggunakan pendekatan tafsir tematik:
Wawasan al-Qur’an (Mizan, 1996)
Secercah Cahaya Ilahi (Mizan, 2000)
Menyingkap Tabir Ilahi: al-Asmâ’ al-Husnâ dalam Perspektif al-Qur’an (Lentera Hati, 1998)
yg Tersembunyi: Jin, Malaikat, Iblis, Setan (Lentera Hati, 1999)
Jilbab: Pakaian Wanita Muslimah, Pandangan Ulama Masa Lalu dan Cendekiawan Kontemporer (Lentera Hati, 2004)
Perempuan [Dari Cinta Sampai Seks, Dari Nikah Mut’ah hingga Nikah Sunnah, Dari Bias Lama hingga Bias Baru] (Lentera Hati, 2004)
Pengantin al-Qur’an (Lentera Hati, 2007)
2. Tafsir Tahlîlî
Tafsir al-Qur’an yg disusun berdasarkan urutan ayat maupun surah dalam mushaf al-Qur’an dan meliputi banyak sekali duduk kasus yg berkenaan dengannya. Karya M. Quraish Shihab yg termasuk dalam kategori ini sebagai berikut:
Mahkota Tuntunan Ilahi: Tafsir Surah al-Fâtihah (Untagma, 1988)
Tafsir al-Qur’an al-Karim: Tafsir atas Surah-surah Pendek Berdasarkan Urutan Turunnya Wahyu (Pustaka Hidayah, 1997)
Tafsir al-Mishbah (Lentera Hati, 2000)
Perjalanan Menuju Keabadian: Kematian, Surga, dan Ayat-Ayat Tahlil (Lentera Hati, 2001)
Menjemput Maut: Bekal Perjalanan Menuju Allah swt. (Lentera Hati, 2002)
3. Tafsir Ijmali (global)
Sebuah penafsiran terhadap ayat-ayat al-Qur’an dengan trik mengemukakan makna ayat setrik garis besar, dengan mengikuti urutan surah-surah dalam al-Qur’an segimana metode Tahlîlî. Karya M. Quraish Shihab yg menjelaskan intisari kandungan ayat-ayat al-Qur’an ini yaitu:
Al-Lubâb: Makna, Tujuan, dan Pelajaran dari Surah-Surah al-Qur’an (Lentera Hati, 2012)
4. Terjemah al-Qur’an. Berawal dari ketidakpuasan M. Quraish Shihab terhadap terjemahan al-Qur’an yg banyak beredar selama ini, karya ini lahir. Banyak ulama menegaskan bahwa al-Qur’an tidak sanggup diterjemahkan dalam Makna dialihbahasakan, alasannya ialah tak ada bahasa di dunia yg cukup kaya untuk merangkum seluruh makna yg dikandungnya. Oleh karnanya, karya ia ini diberi judul:
Al-Qur’an dan Maknanya (Lentera Hati, 2010)
Kedua: Maqâlât Tafsîriyyah (Maknakel-Maknakel Tafsir):
Membumikan al-Qur’an (Mizan, 1992)
Lentera Hati (Mizan, 1994)
Menabur Pesan Ilahi: Al-Qur’an dan Dinamika Kehidupan Masyarakat (Lentera Hati, 2006)
Membumikan al-Qur’an Jilid 2 (Lentera Hati, 2011)
Ketiga: Ulumul Qur’an dan Metodologi Tafsir
Tafsir al-Manar: Keistimewaan dan Kelemahannya* (IAIN Alauddin, 1984)
Studi Kritis Tafsir Al-Manar, Karya Muhammad Abduh dan M. Rasyid Ridha (*diterbitkan kembali oleh Pustaka Hidayah Bandung, 1994)
Rasionalitas al-Qur’an: Studi Kritis atas Tafsir al-Manar (*diterbitkan kembali oleh Lentera Hati, 2005)
Filsafat Hukum Islam (Departemen Agama, 1987)
Mukjizat al-Qur’an (Mizan, 1996)
Kaidah Tafsir (Lentera Hati, 2013)
Keempat: Tsaqâfah Islâmiyah (Wawasan Keislaman)
Haji Bersama M. Quraish Shihab (Mizan, 1998)
Dia Di Mana-Mana (Lentera Hati, 2004)
Wawasan al-Qur’an perihal Zikir dan Doa (Lentera Hati, 2006)
Logika Agama: Kedudukan Wahyu dan Batas-Batas Akal dalam Islam (Lentera Hati, 2005)
Sunnah-Syiah Bergandengan Tangan! Mungkinkah? Kajian atas Konsep Ajaran dan Pemikiran (Lentera Hati, 2007)
yg Ringan Jenaka (Lentera Hati, 2007)
yg Sarat dan yg Bijak (Lentera Hati, 2007)
M. Quraish Shihab Menjawab 1001 Soal Keislaman yg Patut Anda Ketahui (Lentera Hati, 2008)
Ayat-Ayat Fitna: Sekelumit Keadaban Islam di Tengah Purbasangka (Lentera Hati dan Pusat Studi al-Qur’an, 2008)
Berbisnis dengan Allah (Lentera Hati, 2008)
Doa Harian bersama M. Quraish Shihab (Lentera Hati, 2009)
M. Quraish Shihab Menjawab 101 Soal Perempuan yg Patut Anda Ketahui (Lentera Hati, 2010)
Membaca Sirah Nabi Muhammad saw. dalam Sorotan al-Qur’an dan Hadits-Hadits Shahih (Lentera Hati, 2011)
Doa Asmaul Husna: Doa yg Disukai Allah (Lentera Hati, 2011)
Haji dan Umrah Bersama M. Quraish Shihab (Lentera Hati, 2012)
Kematian ialah Nikmat (Lentera Hati, 2013)
M. Quraish Shihab Menjawab pertanyaan Anak perihal Islam (Lentera Hati, 2014)
Birrul Walidain (Lentera Hati, 2014)
(http://quraishshihab.com/work/)
Beliau bahkan mendirikan sebuah sentra studi berjulukan Pusat Studi Quran.
Dengan dedikasinya yg begitu besar pada Islam, khususnya studi Al-Quran, ia disebut sebagai Keliru satu dari 500 muslim paling besar lengan berkuasa di dunia sepanjang 2012 - 2015 berdasarkan The Royal Islamic Strategic Centre yg berpusat di Amman, Yordania.
Dengan kedalaman ilmu agama (khususnya tafsir) yg ia miliki, ia layak menyandang gelar kiai besar atau ulama besar. Tapi yg terjadi justru ia tidak mau menambah kata kiai di depan namanya. Beliau juga bahkan tidak mau dipanggil kiai atau ustadz. "Panggil saja, Pak," kata ia suatu hari di program rekaman program Ramadhan di sebuah studio televisi swasta. Jadilah mahasiswa dan murid-muridnya memanggilnya "Pak Quraish" saja.
Selain itu, Pak Quraish tidak pernah menggunakan gelar 'habib' di depan namanya. Padahal berdasarkan nasab yg dimilikinya, tentu saja ia ialah seorang sayyid. Sebutan sayyid yg lalu menjelma istilah habib. Di kawasan asal saya sulsel, saya biasa menggunakan kata 'habib' hanya untuk memanggil kakek, dan kata 'hababa' utk nenek. Beliau hanya membolehkan cucu-cucunya saja untuk memanggil ia dgn panggilan habib.
Penutup
Pertanyaannya, kepada para pencaci yg hanya bisa memungut krikil dari lautan karya Pak Quraish itu bahwasanya sedang membela siapa? Mereka bangun di pihak yg mana? Apa definisi mereka perihal ulama?
Dikutip dari banyak sekali sumber.
0 Response to "Pak Quraish Shihab (Oleh Agus Abubakar Arsal Alhabsyi)"