Udara Mahal yg (masih) Dijual Murah
Re-post dari FB Zie Trisaksono
Jika ada keperluan pokok insan yg lebih penting sebelum masakan dan minuman itu ialah oksigen. Karena ibarat kita tau, kita masih sanggup bertahan tanpa makan selama 2 minggu, masih sanggup hidup tanpa minum hingga dengan 3 hari, namun kita bakal segera mati jikalau tidak bernafas selama 11 menit saja!
Udara segar diharapkan badan dalam proses pembakaran untuk menghasilkan energi.
Meski vital, tapi alasannya ialah selama ini kita selalu berhasil mendapatkannya dengan Mudah mengakibatkan kita abai pada keperluan ini. Berbeda dengan masakan dan minuman yg cenderung lebih selektif dan pilah-pilih: selalu menentukan yg lebih bergizi, lebih higienis, lebih enak dll.
Mengapa terhadap udara kita tidak menginginkan yg lebih sehat dan berkualitas?
Mungkin alasannya ialah kita tidak dibekali indera lidah khusus untuk merasai betapa lezatnya udara segar itu.
Kita juga hampir tidak mendapatkan informasi yg Komplit mengenai apa dampak dari memakan udara kotor.
Lalu sebenarnya, dimana sih kita sanggup menemukan udara yg berkualitas baik?
Di desa!
Ya desa.
Karena keadaan alamnya yg penuh pepohonan membuat udara pedesaan lebih sehat dan menyegarkan.
Tingkat polutan udaranya juga relatif rendah sehingga membuatnya lebih bersih dan higienis.
Bukan hanya udaranya saja yg lebih segar, keperluan pokok yg lain pun lebih fresh.
Desa ialah pemasok materi pangan kita: beras, sayur, buah, daging dan banyak komoditi lainnya dihasilkan oleh desa.
Semua sanggup kita dapatkan dengan murah dalam keadaan yg fresh.
Kabar baiknya lagi, harga tanah dan properti di desa Saat ini masih relatif murah dibanding di kota.
Tapi mengapa banyak orang lebih menentukan hidup di kota daripada di desa?
Keliru satu alasan yg paling sering kita dengar ialah alasannya ialah minimnya lapangan pekerjaan di desa.
Tapi itu terang alasan jadul yg hampir kadaluarsa.
Jaman dulu memang urbanisasi menjadi tren alasannya ialah hanya di kota lah kita sanggup mendapatkan banyak sekali keperluan dan kemudahan hidup yg memadai.
Tapi kini jaman sudah berubah.
Dengan kemajuan teknologi informasi, alat transportasi yg sedemikian bagus, kemudahan saluran dan komunikasi, masih perlukah badan ini terpasung di kota hanya demi mendapatkan kesempatan kerja semacam itu?
Jeng jeng!!!
Ini renungan buat aku pribadi.
Dan aku sudah merenungkannya semenjak lama.
Melihat perkembangan zaman yg semakin pesat.
Desa-desa digesa menjadi kota. Dusun disulap menjadi bangunan beton dan pabrik-pabrik.
Semakin usang jumlah desa asri semakin sedikit, sementara jumlah kota semakin bertambah.
menggunakan aturan supply & demand, dalam prediksi aku di masa yg bakal tiba harga properti di desa asri bakal jauh lebih mahal dibanding properti di perkotaan.
Terlebih insan bakal semakin aware dengan kualitas udara dan lingkungannya.
Bukan tidak mungkin nantinya kualitas kesejukan udara dan lingkungan hijau menjadi komponen utama dalam penentuan harga sebuah lahan dan properti.
Mari selamatkan desa supaya tetap asri alasannya ialah faktor ini bakal menjadi aset jangka panjang.
Lestarikan segala macam hijau termasuk hijau telor asin! 😜
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
0 Response to "Udara Mahal yg (Masih) Dijual Murah"