Latest News

Kedua Anakku Korban Bullying (1)

KEDUA ANAKKU KORBAN BULLYING (1)
Repost dari https://www.facebook.com/bundaathira

Athira, anak pertama saya, pribadi masuk kelas 1 SD semester genap begitu saya pulang ke tanah air sekembalinya saya dari studi di Islamabad.

Karena memang tadinya saya tak berniat pulang ke tanah air, maka saya tak membiasakan Athira berbahasa Indonesia, ia hanya paham sedikit2. Bahasa sehari2 saya dengan bahasa Inggris pastinya masih terus terbawa hingga saya di Indo. Otomatis, di sekolah barunya pun lebih sering menggunakan Bahasa Inggris. Beberapa gurunya ada yg bersedia bercakap Inggris dengan Athira, katanya sekalian melancarkan bahasa Inggrisnya.

Ternyata hal ini memicu ketidaksukaan teman2 di sekolah barunya. Ditambah hal lain lagi, awalnya raport bayangan Athira merah semua alias jauh di bawah rata2 kelas, alasannya memang ia belum menangkap bahasa yg disampaikan gurunya. Dan Saat raport kenaikan kelas, nilai2nya luar biasa melonjak hingga ia meraih peringkat ke-2. Hal ini pula yg merangsang teman2nya untuk semakin membullynya.

Setiap hari saya yg antar-jemput sendiri ke sekolah & setiap hari juga di tengah2 hari sekolah saya intip aktifitasnya di dalam kelas juga di lingkungan sekolah. Makara sering saya melihat dengan mata kepala sendiri hampir seluruh teman2 kelasnya, kelas lain & kakak2 kelasnya membullynya. Baik setrik lisan maupun fisik.

Saya belum ikut campur, walaupun saya hingga nangis melihatnya apalagi Saat itu saya dalam keadaan hamil tua. Saat sudah di kendaraan beroda empat pulang sekolah & di rumah juga, saya kuatkan dia.

"Selama hanya diejek, dihina, atau diledekin...Yayang tidak usah balas...cuekin aja...banyak2 do'a yg baik2..."

"Tapi jika mereka sudah main fisik, Yayang Musti balas yg sama! Dipukul, balas pukul...ditoyor, balas toyor...ditendang, balas tendang...!"

Pesan terakhir itu tanpa sepengetahuan Ayahnya, tapi terus saya tanamkan ke dia.

Memang anak ini tidak pernah menangis selama dibully, hanya kelihatan jutek yg kadang dibawanya hingga ke rumah.

Pernah teman2 perempuannya sudah kelewatan, Saat mengejek sudah tidak ditanggapi oleh Athira, balasannya kepala Athira ditoyor, jilbabnya ditarik, roknya diangkat. Dan Athira pun balas perbuatan mereka dengan memukul kepala mereka dengan penghapus papan tulis. Sampai Keliru satunya muntah & ortunya tidak terima. Merasa anaknya gegar otak, ia lapor KepSek. Saya pun dipanggilnya. Begitu juga guru yg menjadi saksi mata kejadian ini.

Sebelum saya tiba ke sekolah, saya telpon KepSek & memberi saran bahwa mempertemukan saya para ortu bukan solusi, justru memperuncing masalah. Harusnya saya yg lapor alasannya anak saya tiap hari dibully setrik lisan & fisik. Makara sebaiknya anak2 saja yg dipanggil disidang apa masalahnya, walaupun mereka gres kelas 2 SD mereka Musti berguru jujur & bertanggung-jawab. Jika memang anaknya benar gegar otak, saya siap bertanggung-jawab, asalkan anaknya mau jujur mengakui apa yg telah ia perbuat ke anak saya. AlhamduliLLAH dilema selesai tanpa Musti ortu yg disidang, walaupun ibu2 lainnya jadi sinis tiap ketemu saya di sekolah padahal anaknya juga tidak terindikasi gegar otak.

Pernah juga Saat Athira sedang makan siang sendirian lesehan di koridor sekolah, tiba2 dijambak jilbabnya oleh abang kelasnya laki2. Saat Athira tersungkur, perutnya pribadi diinjak beberapa kali olehnya. Saya tidak lihat kejadian itu, tapi Athira kisah alasannya perutnya hingga biru2 & tiba2 ia minta masuk club Taekwondo.

Gantian saya yg lapor ke KepSek & mirip sebelumnya saya minta anak tersebut saja yg disidang & diberi peringatan, jika tidak mempan gres panggil ortunya. Hasilnya, sisi kendaraan beroda empat kiri saya dibaret dari depan hingga belakang dengan watu bata. Dugaan saya pribadi ke anak tersebut. Saat istirahat sekolah, saya ajak ngomong dari hati ke hati hingga ia nangis2 minta maaf ke saya.

Masih banyak lagi agresi bullying dari teman2 SD kelas 1 & 2 untuk Athira. Ranselnya ditarik-tarik hingga sulit berjalan. Juga kacamatanya diumpetin Saat wudhu, alasannya pada Saat itu Athira satu2nya murid berkacamata di kelasnya.

Dan alhamduliLLAH mulai kelas 3 SD semua jadi sahabatnya hingga kini walau kuliah berjauhan semua, mereka saling kangen & sering reuni.

Kesimpulan saya dari perilaku bullying yg diterima Athira, bahwa banyak mereka anak2 yg masih kelas 1 & 2 SD itu, bersikap mirip itu sedikit-banyak ada imbas ortu-nya. Jadi, mereka dengar pembitrikan ibu2nya & jadi ikutan sebel sama Athira. Karena hampir semua anak2 yg saya ajak ngomong, sama bilangnya, "Abis...kata Mamaku, Athira sok pinter...sok Inggris...anak emas guru & KepSek...dll...dsb..."

Ditambah lagi...pernah saya diceritakan oleh beberapa guru, Saat jam pulang sekolah ada Keliru satu ibu tanya ke Athira, "Duh...Athira gembul banget perutnya...abis makan apa...?" Dijawab oleh Athira dengan tegas, "Makan bola!"

Pernah juga ada ibu2 yg ngeledekin Athira, "Kamu gembul banget sih...makan mulu ya kerjaannya...?" Dijawab oleh Athira yg gres berusia 5 tahun kala itu, "Iya...karna Bundaku mahir masak Pakistani Food. Tante anaknya kurus...karna Tante tidak dapat masak ya...?"

Padahal saya hanya mengajarkan, membalas hanya Saat sudah main fisik.

Tapi alhamduliLLAH, angin puting-beliung cepat berlalu. Dan Athira taft menghadapi itu semua. Makara hingga kini pun silaturahim saya dengan para ortu murid yg pernah membully Athira itu juga baik2 saja hingga sekarang. Tak ada dendam. Tetapi Saat mereka mengingatnya sebagai memori yg lucu, gres saya marah. Karena saya tak suka dengan orang2 yg menganggap remeh bullying.

Dan memang mental Athira hingga kini ini cukup kuat. Jika masuk sekolah baru, belum punya temen ya ia hambar aja. Dibully abang kelas, ya tidak pernah kisah juga ke saya. Nanti saya taunya dari temannya yg lain. Dan memang sudah beberapa kali, abang kelasnya yg pernah ngebully ia balasannya jadi sahabatnya hingga sekarang.

Pesan saya pribadi:

• Jangan pernah menganggap enteng bullying yg dihadapi anak. Jika ia curhat, jangan diremehin. Selidiki sendiri & tanya2 guru2 terkait serta OB sekolah alasannya mereka lebih sering perhatian Saat bukan di dalam kelas.

• Jalin kerjasama yg baik dengan pihak sekolah, bukan hanya guru2 pengajar tapi juga kepala sekolah, kantin & OB.

• Jangan Mudah beranggapan, "Ah...namanya juga anak2...nanti juga baikan lagi..."

• Kita sebagai ortu jangan komentarin sobat anak kita di depan anak kita sendiri, alasannya hal itu mungkin memicu anak kita membully temannya.
_____________________________

Lalu gimana dengan bullying yg dihadapi Bilqis? Tentunya beda anak beda juga sifat & karakternya, maka beda pula trik menghadapinya. InsyaALLOH saya bakal membuatkan di episode selanjutnya.

#StopBullying
#IStandAgainstBullying

0 Response to "Kedua Anakku Korban Bullying (1)"