Latest News

Kami Bersama Palestina J • E • R • U • S • A • L • E • M Prof Joni Hermana, Rektor Its

KAMI BERSAMA PALESTINA

J • e • r • u • s • a • l • e • m
Prof Joni Hermana, Rektor ITS

Jerusalem, atau yg juga dikenal dengan nama Al-Quds, menjadi topik pembitrikan hangat akhir-akhir ini, terutama setelah Trump setrik terbuka memberikan pengakuannya sebagai Ibukota Israel. Pernyataan yg menyulut kemarahan banyak pihak, lantaran seolah menafikkan sejarah peradaban umat insan bahwa kota itu merupakan kawasan suci bagi 3 penganut agama samawi, yaitu Islam, Katolik dan Yahudi. Daerah inilah yg menjadi kawasan tinggalnya banyak Nabi dan Rasul serta juga kawasan yg menjadi awal perjalanan menuju Sidratul Muntaha oleh Rasulullah SAW Saat kejadian Isra’ dan Mi’raj.

Mungkin Trump perlu berguru sejarah, setidaknya ia perlu meneladani gimana Khalifah Umar bin Khattab, memperlihatkan kebesarannya sebagai seorang pemimpin, penguasa sekaligus negarawan yg mulia.

Saat terjadi pertempuran pembebasan wilayah utara Timur Tengah; dari mulai wilayah Palestina, Yordania, pesisir Levantina, dan Suriah oleh pasukan Islam dari penguasaan tentara Byzantium (Kekaisaran Romawi-Yunani) yg berakhir dengan pengepungan Jerusalem pada tahun 637 M, terjadi perdebatan antara pimpinan pasukan Byzantium, Artavon dengan Uskup Agung Gereja Jerusalem yaitu Patriarch Sophronius. Artavon tidak ingin bila Jerusalem diserahkan pada pasukan Islam. Di lain sisi, Sophronius menginginkan Jerusalem diserahkan pada pasukan Islam dengan damai. Dia yakin kedatangan pasukan Islam sebagai bentuk kehendak Tuhan.

Keputusan final inilah yg kemudian diambil, dan hal itu kemudian disampaikan kepada pasukan Islam dengan syarat bahwa yg Musti mendapatkan “kunci kota” ialah Khalifah Umar bin Khatab sendiri dari tangan Sophronius. Menerima kabar ini, maka berangkatlah Sang Khalifah dari Madinah memenuhi permintaan itu menuju Jerusalem.

yg ingin diceritakan disini ialah gimana reaksi kekaguman dan rasa hormat Uskup Sophronius kepada Khalifah Umar Saat dia tiba di kota Jerusalem.

Pertama, dia sudah menyiapkan penyambutan arak-arakan yg meriah, namun terkejut Saat melihat kenyataan bahwa yg tiba ialah hanya dua orang berpakaian sederhana bersama seekor keledai. yg satu naik di atas punggung keledai, sedangkan satunya menuntun keledainya. Banyak orang yg menyambut Saat itu mengira bahwa  Khalifah Umar ialah yg di punggung keledai. Dugaan itu keliru, alasannya justru Sang Penguasa lah yg menuntun keledai, alasannya ia memberlakukan pengawalnya setrik manusiawi, Maknanya mereka bergantian menunggangi keledai itu selama menempuh perjalanan panjang ke kota Jerusalem. Saat itu, kebetulan giliran sang pengawal lah yg menunggangi keledai.

Keduanya, dia juga terkesima Saat mengajak Khalifah Umar berkeliling kota Jerusalem, termasuk mengunjungi Gereja Makam Suci (dalam keyakinan Kristen, Nabi Isa dimakamkan di gereja ini). Karena sudah tiba waktu shalat, Uskup Sophronius mempersilakan Khalifah Umar untuk shalat di dalam gereja, namun dia serta merta menolaknya, kemudian menentukan shalat di luar gereja. Khalifah Umar khawatir jika seandainya ia shalat di dalam gereja tersebut, nanti umat Islam yg tidak paham di masa depan bakal Mengubah gereja ini menjadi masjid dengan dalih Khalifah Umar pernah shalat disitu. Ini dikhawatirkan bakal menzalimi hak umat Nasrani. Kelak sebagai bentuk penghormatan atas kemuliaan hati sang Khalifah, di kawasan dia shalat kemudian dibangunlah Masjid Umar bin Khattab r.a.

Ketiga, Saat kemudian Khalifah Umar minta diantar ke Kuil Sulaiman di kompleks Al Aqsha, dia mendapati bahwa lokasi itu telah berkembang menjadi kawasan penimbunan sampah yg sengaja dibuang disana sebagai bentuk penghinaan kepada orang Yahudi yg telah membunuhi tawanan Nasrani di wilayah Persia (namun dalam kitab Yahudi dituliskan bahwa penimbunan sampah, bahkan kotoran bulanan perempuan pun sengaja dibuang kesana, lantaran rasa kemarahan umat Katolik kepada umat Yahudi yg dianggap bertanggungjawab terhadap maut Nabi Isa Al Masih). Sang Khalifah kemudian dengan tangannya sendiri dan dibantu pasukannya, serta masyarakat Yahudi, membersihkan lokasi tersebut dan kemudian merenovasi Komplek Al Aqsa sehingga suci kembali. Dalam penguasaan muslim selama 462 tahun kemudian, Jerusalem berkembang menjadi kawasan peribadatan yg kondusif bagi 3 agama samawi, termasuk didirikannya Dome of Rock (Qubatu Shakhrah) di komplek tersebut pada tahun 691 M.

Keempat, perlakuan adil yg diberlakukan oleh Khalifah Umar dan penerusnya Bani Umayyah di wilayah Jerusalem, merupakan pengejawantahan dari perjanjian tertulis yg telah ditandatangani Khalifah Umar Saat mendapatkan kunci kota dari Uskup Sophronius, yg bunyinya antara lain ialah sbb:

“Bismillahirrahmanirrahim.
Ini ialah jaminan keamanan dari hamba Allah, Umar, amirul mukminin, kepada penduduk Jerusalem. Umar memperlihatkan jaminan terhadap jiwa mereka, harta, gereja-gereja, salib-salib, orang-orang yg lemah, dan mereka tidak dipaksa meninggalkan agama mereka. Tidak ada seorang pun diantara mereka yg merasa terancam dan diusir dari Jerusalem....”

Dari semua hal di atas, kita sanggup berguru gimana seharusnya berlaku adil dalam menghormati keyakinan agama yg tidak sama-beda. Bahkan pada Saat berkuasa pun, ia bakal menjamin hak masing-masing sepenuhnya setrik adil, termasuk pihak minoritas sekalipun.

Kemuliaan tidak diperoleh dari perilaku kesewenang-wenangan, terutama pada Saat kekuasaan dan kekuatan di tangan kita, tetapi justru dipakai untuk melindungi hak-hak setiap orang yg berada di bawah kekuasaannya. Trump Musti berguru dari perilaku elegan ini, supaya ia tidak terkubur oleh perilaku arogansi dan kesewenang-wenangannya sendiri di masa yg bakal datang. Sebab  keyakinan ialah sesuatu yg tidak perlu digugat apalagi dihinakan, kecuali untuk saling dihormati dan diterima apa adanya. Semoga.

Surabaya, 10 Desember 2017
Joni Hermana - Rektor ITS
(Dari banyak sekali sumber)

Repost link https://m.facebook.com/story.php?story_fbid=10155452719128645&id=715083644

 terutama setelah Trump setrik terbuka memberikan pengakuannya sebagai Ibukota Israel KAMI BERSAMA PALESTINA  J • e • r • u • s • a • l • e • m Prof Joni Hermana, Rektor ITS

0 Response to "Kami Bersama Palestina J • E • R • U • S • A • L • E • M Prof Joni Hermana, Rektor Its"